Universitas Brawijaya

Fakultas Peternakan.

Sapi Potong

Peluang Bisnis Ternak Sapi Potong

PAKAN TERNAK

Pakan Ternak Dari Kulit Pisang

BETERNAK SAPI

Beternak Sapi Yang Sangat Menguntungkan.

SAPI PERAH

Peternakan Susu Sapi Perah

Rabu, 14 Mei 2014

PROFIL KECAMATAN SENDURO


Kabupaten Lumajang merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan sentra peternakan dan pertanian/perkebunan yang cukup besar yang tersebar di kecamatan dan penjuru desa. Di antara kawasan dengan hasil pertanian/perkebunan dan peternakan yang cukup menjanjikan salah satunya adalah di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang tepatnya di desa Burno. Daerah ini memiliki potensi pertanian maupun perkebunan yang menjanjikan termasuk berbagai jenis buah-buahan. Salah satu hasil perkebuan buah yang utama di daerah Senduro termasuk Desa Burno adalah pisang mas sebagai komoditi khas di Lumajang. Sebagaimana dijelaskan dalam data statistik kabupaten Lumajang (2013) bahwa data hasil komoditi pisang di Kecamatan Senduro terbilang cukup potensial meliputi Desa Purworejo (39.670 pohon), Sarikemuning (272.220 pohon), Pandansari (102.050 pohon), Senduro (348.010 pohon), Burno (237.900 pohon), Kandang tepus (112.125 pohon), Bedayu talang (23.595 pohon), Wono cepoko ayu (15.600 pohon) dan Kandangan (69.550 pohon).
        Pada dasarnya sektor peternakan di desa Burno juga cukup terkenal terutama dari sentra peternakan kambing etawanya. Namun untuk jumlah ternak secara keseluruhan di daerah tersebut cukup besar. Hal ini telah disebutkan dalam data statistik hasil peternakan Kecamatan Senduro tahun 2012 bahwa populasi sapi potong dan sapi perah pada tahun 2012 masing-masing sebanyak 3.119 ekor dan 3.227 ekor, domba sebanyak 1.619 ekor, kambing 9.130 ekor, ayam buras sebanyak 46.044 ekor, ayam ras pedaging sebanyak 48.000 ekor, dan itik sebanyak 1.545 ekor. Data tersebut menunjukkan adanya bahwa sektor peternakan di Kecamatan Senduro cukup menjanjikan dimana masyarakatnya banyak tertarik dalam bidang peternakan.
            Dengan melihat potensi dari sektor pertanian/perkebunan dalam hal ini komoditi pisang yang banyak diolah sebagai produk makanan jadi, dimana banyak limbah yang dihasilkan dari tanaman tersebut serta potensi pengembangan peternakan yang cukup menjanjikan di Kecamatan Senduro, maka perlu adanya suatu upaya penyuluhan dalam hal pemanfaatan limbah tanaman pisang tersebut. Dalam hal ini limbah kulit pisang yang masih banyak mengandung nilai nutrisi dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif dalam bentuk silase untuk ternak ruminansia di daerah setempat.
    Selain sebagai sentra penghasil  komoditi buah pisang, Kecamatan Senduro khususnya di desa Burno merupakan pusat industri pengolahan buah pisang di Kabupaten Lumajang. Sentra industri ini sudah berkembang mulai dari industri kecil rumahan yang bisa memperdayakan tenaga kerja masyarakat setempat. Sebagaimana dijelaskan Baroh (2009) bahwa kabupaten Lumajang merupakan salah satu daerah sentra penghasil pisang di Jawa Timur dan banyak home industri produk olahan berbasis pisang, berproduksi setiap hari dalam jumlah besar. Dan dijelaskan pula bahwa sebagian besar yakni 83% usaha home industri tersebut merupakan pekerjaan utama dan 17% adalah pekerjaan sampingan.
      Sementara itu, untuk jumlah masyarakat peternak di Kecamatan Senduro juga cukup banyak dengan kelas ekonomi menengah ke bawah. Terkait hal tersebut, Pemkab. Lumajang (2004) dalam Prayitno (2007) menyatakan bahwa jumlah usaha dibidang pertanian dan peternakan di Kabupaten Lumajang sebanyak 38,57%, industri rumah tangga 32,86%, dan usaha lainnya (perdagangan, kerajinan dll.) sebanyak 28,57%. Untuk jumlah peternak sapi perah khususnya di Kecamatan Senduro menurut Sorting Data Koperasi Susu di Jatim (2006) dalam Nugroho (2011) adalah sebanyak 504 orang dengan induk sapi sejumlah 1048 ekor. Dengan demikian usaha pengembangan peternakan bisa didukung dengan upaya mengurangi biaya produksi dalam hal pakan dengan pemanfaatan pakan alternatif silase dari limbah kulit pisang yang banyak tersedia di daerah tersebut. Limbah kulit pisang yang banyak dihasilkan dari industri pengolahan pisang di Kecamatan Senduro khususnya di Desa Burno dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif ternak ruminansia sebagai upaya untuk mengurangi biaya pakan sekaligus dapat menyediakan pakan bernutrisi bagi ternak pada saat musim paceklik.

Daftar Pustaka :

      Bappeda dan BPS Kabupaten Lumajang. 2013. Data Statistik Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang dalam angka 2013.http://lumajangkab.bps.go.id/data/publikasi/publikasi_20/publikasi/files/search/searchtext.xml.diakses tgl 4 mei 2014

       Baroh, Istis. 2009. Konsep Kemitraan Home Industri dengan Lembaga Keuangan di Kabupaten Lumajang. Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang.

Nugroho, Bambang Ali. 2011. Keragaan Peternak Sapi Perah di Jawa Timur (Studi pada Empat Wilayah Pos Penampungan Susu/ PPS. AGRISE Vol. XI, No. 2, hal : 91-101.

Prayitno, Hendrik. 2007. Analisis Pengaruh Dana Hibah Prestasi terhadap Pendapatan Anggota Kelompok Pengembangan Partisipasi Lahan Kering Terpadu. J-SEP, Vol.1, No. 2, hal: 36-47

SILASE KULIT PISANG


Berdasarkan permasalahan yang ada di Desa Burno, maka kami menawarkan teknologi sederhana dalam pembuatan silase kulit pisang untuk menjadi pakan alternative ternak ruminansia.  Bahan baku untuk membuat silase kulit pisang terdiri dari kulit pisang dan molasses. Menurut Sutardi (1978) dalam Sutrisno (2004) bahwa nilai gizi kulit pisang cukup baik, maka kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kulit pisang dalam 100% bahan kering mengandung protein kasar 7,08%, bahan ekstrak tanpa nitrogen 63,1%, lemak 8,34%, serat kasar 11,8 % dan abu 9,66% . Molasses atau biasa disebut dengan tetes tebu ditambahkan karena dalam proses ensilase memerlukan karbohidrat mudah terfermentasi untuk merangsang pertumbuhan bakteri asam laktat. Menurut Sutardi (1978) dalam Sutrisno (2004) bahwa komposisi kimia tetes dalam 100% bahan kering adalah abu 11%, protein 3,94%, lemak 0,3%, SK 0,4%, dan BETN 84,4%. Prosedur dalam pembuatan silase kulit pisang adalah dengan memotong-motong kulit pisang hingga ukuran sekitar 5 cm, kemudian kulit pisang dilayukan sehingga kadar air sekitar 67%. Kulit pisang tersebut dihomogenkan dengan tetes tebu dengan presentase 4% dari bahan kering kulit pisang. Kemudian dimasukkan kedalam ember atau silo sampai padat dan ditutup rapat, diikat dengan karet ban. Selanjutnya diperam selama 4 minggu. Karena menurut Sutrisno (2004) bahwa kombinasi perlakuan penambahan tetes tebu 4% dan lama pemerahan 4 minggu memberikan respon tertinggi terhadap kualitas nutrisi silase kulit pisang dilihat darikadar protein kasar, lemak kasar, serat kasar, BETN, kadarabu, produksi VFA, dan NH3.

Daftar Pustaka :
Sutrisno, C.I. 2004. Utilitas Kulit Pisang Pada Proses Fermentasi Dengan Penambahan Tetes. Seminar Nasional Fakultas Peternakan, UNDIP Semarang.