Universitas Brawijaya

Fakultas Peternakan.

Sapi Potong

Peluang Bisnis Ternak Sapi Potong

PAKAN TERNAK

Pakan Ternak Dari Kulit Pisang

BETERNAK SAPI

Beternak Sapi Yang Sangat Menguntungkan.

SAPI PERAH

Peternakan Susu Sapi Perah

Minggu, 11 Mei 2014

MAKALAH KELOMPOK A7

Laporan Praktikum
Mata Kuliah Penyuluhan
Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang sebagai Silase untuk Pakan Alternatif Ternak Ruminansia di Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang




Kelompok A7



Ayu Melia Sades                    125050100111031
Yonastri Septarika                  125050100111032
Fivid Kumala                         125050100111033
Muji Lestari                           125050100111034


Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya
2014





KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang sebagai Silase untuk Pakan Alternatif Ternak Ruminansia di Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang dengan baik dan tepat pada waktunya.
            Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini baik terlibat secara langsung maupun tidak.
Makalah ini disusun berdasarkan materi–materi yang ada. Materi–materi tersebut bertujuan untuk menambah pengetahuan khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya serta dapat menyelesaikan permasalahan yang  ada terkait dengan penanganan limbah kulit pisang di Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.





                                                                                              Penyusun


Malang, 3 Mei 2014






DAFTAR ISI
                                                               Halaman
KATA PENGANTAR                                                                    i
DAFTAR ISI                                                                                  ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang                                                     1
1.2              Rumusan Masalah                                                2
1.3              Tujuan                                                                  2
1.4              Manfaat                                                                3
BAB II            GAMBARAN UMUM PENYULUHAN
            2.1       GambaranUmumKegiatanPenyuluhan                  4
            2.2       GambaranUmumMasyarakatSasaran                    5
BAB III METODE PENYULUHAN
            3.1       MetodePelaksanaan                                               6
            3.2       GambaranTeknologi                                              7
            3.3       Media Penyuluhan                                                 7
DAFTAR PUSTAKA                                                                    9



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Usaha pengembangan ternak ruminansia di masamendatang akan menghadapi kendalaapabila hanya mengandalkan pada penggunaan hijauan sebagai bahan pakannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Aryogi(2000) dalam Anggraeny (2006) menunjukkan bahwa pakan basal di daerah Jawa Timur didominasi oleh pakan hijauan yang bervariasi baik darijenis maupun jumlahnya.Sedangkan untuk pakantambahan misalnya dedak padi/jagungdiberikan dalam jumlah yang tidak menentu, yakniberlebihan pada musim panen dan terbatas pada musim tanam. Oleh sebab itudapat dipahami bahwa kendala yang seringdijumpai adalah rendahnya produktivitaskarena kualitas pakan yang tidak memenuhi kebutuhan. Ditambahkan pula oleh Hardianto(2002) dalam Anggraeny (2006) bahwa selain berpengaruh terhadap produktivitas, pakan juga sebagai aspek utama yang mempengaruhi biaya produksi dalam usaha peternakan yaitu sekitar 60 – 80% dari biaya produksi.
            Untuk mengatasi hal tersebut perlu di cari sumber bahan pakan baru yang mampu menjadi alternatif maupun dapat menggantikan hijauan. Sumber bahan pakan tersebut sebaiknya mudah diperoleh dalam jumlah yang banyak dengan harga yang murah. Salah satu sumber bahan pakan baru yakni limbah dari hasil pertanian/limbah industri pertanian. Diantara limbah yang belum banyak digunakan oleh peternak adalah limbah kulit pisang.
            Ada beberapa daerah yang membuat usaha home industri berbahan dasar pisang. Diantaranya adalah kabupaten Lumajang yang dijuluki kota pisang karena terkenal hasil pisangnya, terutama pisang Agung yang bisa diolah menjadi keripik pisang dan sale. Dengan adanya usaha tersebut, maka kulit pisang setiap saat akan menjadi limbah atau sampah bagi lingkungan sekitarnya yang dapat mengganggu ekosistem daerah tersebut.Sebagai contoh untuk wilayah Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang terdapat banyak Industri Kecil Menengah (IKM) yang salah satunya adalah IKM Keripik Pisang Burno Sari di Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.Menurut situs Biro humas provinsi Jawa Timur (2013) yang memberitakan tentang kunjungan presiden SBY ke IKM Keripik Pisang Burno menyebutkan bahwa dalam sehari di IKM ini mampu menggoreng 200-250 tandan pisang per hari dan setiap bulannya memproduksi 165 ton bahan baku mentah pisang untuk keripik dan sale. Limbah ini merupakan sampah yang dapat mengganggu lingkungan di masyarakat sekitarnya. Gangguan tersebut berupa bau yang menyengat dan penumpukkan limbah di bantaran kali yang berpotensi dapat menyebabkan banjir dan sumber penyakit.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu diberikan penyuluhan tentang cara memanfaatkan limbah kulit pisang. Limbah kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia. Berdasarkan hasil penelitian Ujianto (2003)  kemampuan ternak  ruminansia dalam mengkonsumsi kulit pisang adalah sebanyak 36,09 ± 2,72% dari total ransum terhadap bahan kering. Menurut data  Badan Pusat Statistik Kabupaten Lumajang (2013), populasi sapi potong dan sapi perah tahun 2012 di Kecamatan Senduro masing-masing sebanyak 3.119 ekor dan 3.227 ekor. Sedangkan untuk populasi domba tercatat sebanyak 1.619 ekor, dan kambing sebanyak 9.130 ekor. Jumlah ini cukup besar sehingga limbah kulit pisang dapat dioptimalkan pengolahannya untuk dimanfaatkan menjadi pakan ruminansia.

1.2  Rumusan Masalah
Limbah kulit pisang yang melimpah di Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang belum dimanfaatkan secara optimal. Keberadaannya dianggap sebagai pengganggu di lingkungan masyarakat sekitar. Limbah kulit pisang tanpa adanya penanganan khusus dapat menyebabkan pencemaran berupa bau yang menyengat dan penumpukkan limbah di bantaran kali yang berpotensi dapat menyebabkan banjir dan terjangkitnya penyakit. Sementara itu, di Kecamatan Senduro jumlah ternak ruminansianya cukup banyak yakni untuk sapi potong sebanyak 3.119 ekor, sapi perah sebanyak 3.227 ekor, domba sebanyak 1.619 ekor, dan kambing sebanyak 9.130 ekor (BPS Kabupaten Lumajang, 2013). Sehingga perlu dilakukan pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai silase untuk pakan alternatif ternak ruminansia.

1.3  Tujuan
Kegiatan penyuluhan ini bertujuan antara lain; untuk menginformasikan konsep silase kulit pisang, cara pembuatan silase kulit pisang, cara penggunaan atau pemberian kepada ternak, serta manfaat dari silase kulit pisang kepada masyarakat Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang khususnya untuk daerah yang dekat dengan IKM sebagai solusi menangani permasalahan limbah kulit pisang dan peningkatan kesejahteraan terutama bagi peternak serta masyarakat Indonesia pada umumnya yang aman, ramah lingkungsn, efektif dan ekonomis.

1.4  Manfaat
Dengan adanya penyuluhan tentang cara pemanfaatan limbah kulit pisang menjadi silase untuk pakanternak ruminansia diharapkan dapat membentuk karakter masyarakat Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang yang kreatif dan peduli lingkungan melalui semangat entrepreneurship yang berwawasan lingkungan.




BAB II
GAMBARAN UMUM PENYULUHAN

2.1 Gambaran Umum Kegiatan Penyuluhan
            Kabupaten Lumajang merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan sentra peternakan dan pertanian/perkebunan yang cukup besar yang tersebar di kecamatan dan penjuru desa.Diantara kawasan dengan hasil pertanian/perkebunan dan peternakan yang cukup menjanjikan salah satunya adalah di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang tepatnya di desa Burno. Daerah ini memiliki potensi pertanian maupun perkebunan yang menjanjikan termasuk berbagai jenis buah-buahan. Salah satu hasil perkebuan buah yang utama di daerah Senduro termasuk Desa Burno adalah pisang mas sebagai komoditi khas di Lumajang. Sebagaimana dijelaskan dalam data statistik kabupaten Lumajang (2013) bahwa data hasil komoditi pisang di Kecamatan Senduro terbilang cukup potensial meliputi Desa Purworejo (39.670 pohon), Sarikemuning (272.220 pohon), Pandansari (102.050 pohon), Senduro (348.010 pohon), Burno (237.900 pohon), Kandang tepus (112.125 pohon), Bedayu talang (23.595 pohon), Wono cepoko ayu (15.600 pohon) dan Kandangan (69.550 pohon).
            Pada dasarnya sektor peternakan di desa Burno juga cukup terkenal terutama dari sentra peternakan kambing etawanya. Namun untuk jumlah ternak secara keseluruhan di daerah tersebut cukup besar. Hal ini telah disebutkan dalam data statistik hasil peternakan Kecamatan Senduro tahun 2012 bahwa populasi sapi potong dan sapi perah pada tahun 2012 masing-masing sebanyak 3.119 ekor dan 3.227 ekor, domba sebanyak 1.619 ekor, kambing 9.130 ekor, ayam buras sebanyak 46.044 ekor, ayam ras pedaging sebanyak 48.000 ekor, dan itik sebanyak 1.545 ekor. Data tersebut menunjukkan adanya bahwa sektor peternakan di Kecamatan Senduro cukup menjanjikan dimana masyarakatnya banyak tertarik dalam bidang peternakan.
            Dengan melihat potensi dari sektor pertanian/perkebunan dalam hal ini komoditi pisang yang banyak diolah sebagai produk makanan jadi, dimana banyak limbah yang dihasilkan dari tanaman tersebut serta potensi pengembangan peternakan yang cukup menjanjikan di Kecamatan Senduro, maka perlu adanya suatu upaya penyuluhan dalam hal pemanfaatan limbah tanaman pisang tersebut. Dalam hal ini limbah kulit pisang yang masih banyak mengandung nilai nutrisi dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif dalam bentuk silase untuk ternak ruminansia di daerah setempat.

2.2 Gambaran Umum Masyarakat Sasaran
            Selain sebagai sentra penghasil  komoditi buah pisang, Kecamatan Senduro khususnya di desa Burno merupakan pusat industri pengolahan buah pisang di Kabupaten Lumajang. Sentra industri ini sudah berkembang mulai dari industri kecil rumahan yang bisa memperdayakan tenaga kerja masyarakat setempat. Sebagaimana dijelaskan Baroh (2009) bahwa kabupaten Lumajang merupakan salah satu daerah sentra penghasil pisang di Jawa Timur dan banyak home industri produk olahan berbasis pisang, berproduksi setiap hari dalam jumlah besar. Dan dijelaskan pula bahwa sebagian besar yakni 83% usaha home industri tersebut merupakan pekerjaan utama dan 17% adalah pekerjaan sampingan.
            Sementara itu, untuk jumlah masyarakat peternak di Kecamatan Senduro juga cukup banyak dengan kelas ekonomi menengah ke bawah. Terkait hal tersebut, Pemkab. Lumajang (2004) dalam Prayitno (2007) menyatakan bahwa jumlah usaha dibidang pertanian dan peternakan di Kabupaten Lumajang sebanyak 38,57%, industri rumah tangga 32,86%, dan usaha lainnya (perdagangan, kerajinan dll.) sebanyak 28,57%. Untuk jumlah peternak sapi perah khususnya di Kecamatan Senduro menurut Sorting Data Koperasi Susu di Jatim (2006) dalam Nugroho (2011) adalah sebanyak 504 orang dengan induk sapi sejumlah 1048 ekor. Dengan demikian usaha pengembangan peternakan bisa didukung dengan upaya mengurangi biaya produksi dalam hal pakan dengan pemanfaatan pakan alternatif silase dari limbah kulit pisang yang banyak tersedia di daerah tersebut. Limbah kulit pisang yang banyak dihasilkan dari industri pengolahan pisang di Kecamatan Senduro khususnya di Desa Burno dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif ternak ruminansia sebagai upaya untuk mengurangi biaya pakan sekaligus dapat menyediakan pakan bernutrisi bagi ternak pada saat musim paceklik. 




BAB III
METODE PENYULUHAN

3.1 Metode Pelaksanaan
            Metode pelaksanaan program penyuluhan ini melalui beberapa tahap sebagai berikut :
Persiapan kegiatan
            Persiapan kegiatan dimulai dengan proses perijinan di daerah yang akankita beri penyuluhan nanti yakni di Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Perijinan dimulai dengan mendatangi kantor Bupati hingga kelurahan daerah tersebut untuk mendapatkan surat ijin penyuluhan.
Pelaksanaan Kegiatan
            Setelah memperoleh ijin dari pihak terkait serta diperoleh data calon peserta, maka dilaksanakan sosialisasi program penyuluhan tentang konsep pemanfaatan limbah kulit pisang menjadi silase untuk pakan ternak ruminansia. Selanjutnya dibuat kesepakatan mengenai waktu pelaksanaan program.
Rangkaian kegiatan penyuluhan yaitu :
 

3.2 Gambaran Teknologi
            Berdasarkan permasalahan yang ada di Desa Burno, maka kami menawarkan teknologi sederhana dalam pembuatan silase kulit pisang untuk menjadi pakan alternative ternak ruminansia.  Bahan baku untuk membuat silase kulit pisang terdiri dari kulit pisang dan molasses. Menurut Sutardi (1978) dalam Sutrisno (2004) bahwa nilai gizi kulit pisang cukup baik, maka kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kulit pisang dalam 100% bahan kering mengandung protein kasar 7,08%, bahan ekstrak tanpa nitrogen 63,1%, lemak 8,34%, serat kasar 11,8 % dan abu 9,66% . Molasses atau biasa disebut dengan tetes tebu ditambahkan karena dalam proses ensilase memerlukan karbohidrat mudah terfermentasi untuk merangsang pertumbuhan bakteri asam laktat. Menurut Sutardi (1978) dalam Sutrisno (2004) bahwa komposisi kimia tetes dalam 100% bahan kering adalah abu 11%, protein 3,94%, lemak 0,3%, SK 0,4%, dan BETN 84,4%. Prosedur dalam pembuatan silase kulit pisang adalah dengan memotong-motong kulit pisang hingga ukuran sekitar 5 cm, kemudian kulit pisang dilayukan sehingga kadar air sekitar 67%. Kulit pisang tersebut dihomogenkan dengan tetes tebu dengan presentase 4% dari bahan kering kulit pisang. Kemudian dimasukkan kedalam ember atau silo sampai padat dan ditutup rapat, diikat dengan karet ban. Selanjutnya diperam selama 4 minggu. Karena menurut Sutrisno (2004) bahwa kombinasi perlakuan penambahan tetes tebu 4% dan lama pemerahan 4 minggu memberikan respon tertinggi terhadap kualitas nutrisi silase kulit pisang dilihat darikadar protein kasar, lemak kasar, serat kasar, BETN, kadarabu, produksi VFA, dan NH3.
            Alat yang digunakan dalam proses penyuluhan adalah LCD, alat untuk mencampur kulit pisang dan molasses seperti plastic hamparan, ember dan tutupnya serta karet ban untuk mengikat ember supaya oksigen tidak masuk dalam ember yang digunakan untuk pemeraman.

3.3 Media Penyuluhan
            Media yang kami gunakan dalam program penyuluhan ini adalah dengan menggunakan flow chart dan blog yang telah kami buat. Media ini kami gunakan untuk menjelaskan proses pembuatan silase dari kulit pisang. Flow chart yang kami buat akan ditampilkan menggunakan LCD. Kemudian dengan membuat poster yang berisi ringkasan latar belakang dan flow chart mengenai metode pembuatan silase dari kulit pisang yang akan di tempel dibeberapa lokasi yang sudah disetujui oleh pemerintah setempat.
Dalam kegiatan penyuluhan, kami juga akan mendemonstrasikan mengenai pembuatan silase kulit pisang dengan skala kecil sesuai dengan poster yang telah kami persiapkan.

Flow Chart


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, H. A. 2013. Pakde Karwo Dampingi SBYTinjau IKM Keripik Pisang. http://birohumas.jatimprov.go.id. Diaksespada tanggal 4 Mei 2014.
Anggraeny, Y.N.2006. Potensi Bahan Pakan Inkonvensional Asal Limbah Pertanian Dan Perkebunan Di Beberapa Kabupaten Di Jawa Timur. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner, Pasuruan.
Bappeda dan BPS Kabupaten Lumajang. 2013. Data Statistik Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang dalam angka 2013. Dikutip dari http://lumajangkab.bps.go.id/data/publikasi/publikasi_20/publikasi/files/search/searchtext.xml. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
Baroh, Istis. 2009. Konsep Kemitraan Home Industri dengan Lembaga Keuangan di Kabupaten Lumajang. Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang.
Humas Setda Kabupaten Lumajang. 2013. Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Dengan Kembangkan Pertanian. http://www.lumajang.go.id/index.php.Diakses4 Mei 2014
Muhammad, S. H. 2013. Jangan Remehkan Keripik Pisang. http://www.demokrat.or.id/2013/07/jangan-remehkan-keripik-pisang-2/feed/. Diakses4 Mei 2014.
Nugroho, Bambang Ali. 2011. Keragaan Peternak Sapi Perah di Jawa Timur (Studi pada Empat Wilayah Pos Penampungan Susu/ PPS. AGRISE Vol. XI, No. 2, hal : 91-101.
Prayitno, Hendrik. 2007. Analisis Pengaruh Dana Hibah Prestasi terhadap Pendapatan Anggota Kelompok Pengembangan Partisipasi Lahan Kering Terpadu. J-SEP, Vol.1, No. 2, hal: 36-47
Sumarsih, S.,  Sutrisno, C. I.,  dan Sulistiyanto, B. 2009. Kajian Penambahan Tetes Sebagai Aditif Terhadap Kualitas Organoleptik dan Nutrisi Silase Kulit Pisang. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan, Semarang.
Sutrisno, C.I. 2004. Utilitas Kulit Pisang Pada Proses Fermentasi Dengan Penambahan Tetes. Seminar Nasional Fakultas Peternakan, UNDIP Semarang.
Ujianto, A. 2003. Peluang Pemanfaatan Limbah Pisang Sebagai Pakan Ternak. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Ciawi , Bogor.