”Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang sebagai Silase untuk
Pakan Alternatif Ternak Ruminansia di Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang”
Kelompok A7
Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang sebagai Silase untuk Pakan Alternatif Ternak Ruminansia di Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang”
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini baik terlibat secara
langsung maupun tidak.
Makalah ini disusun berdasarkan materi–materi
yang ada. Materi–materi tersebut bertujuan untuk menambah pengetahuan khususnya
bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya serta dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada terkait dengan penanganan limbah
kulit pisang di Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang 1
1.2
Rumusan Masalah 2
1.4
Manfaat 3
BAB II GAMBARAN UMUM PENYULUHAN
2.1 GambaranUmumKegiatanPenyuluhan 4
2.2 GambaranUmumMasyarakatSasaran 5
BAB III METODE PENYULUHAN
3.1 MetodePelaksanaan 6
3.2 GambaranTeknologi 7
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Usaha pengembangan ternak ruminansia
di masamendatang akan menghadapi kendalaapabila hanya mengandalkan pada
penggunaan hijauan
sebagai bahan pakannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Aryogi(2000) dalam
Anggraeny (2006) menunjukkan bahwa pakan basal di daerah Jawa Timur didominasi
oleh pakan hijauan yang bervariasi baik darijenis maupun jumlahnya.Sedangkan
untuk pakantambahan misalnya dedak padi/jagungdiberikan dalam jumlah yang tidak
menentu, yakniberlebihan pada musim panen dan terbatas pada musim tanam. Oleh
sebab itudapat dipahami bahwa kendala yang seringdijumpai adalah rendahnya
produktivitaskarena kualitas pakan yang tidak memenuhi kebutuhan. Ditambahkan
pula oleh Hardianto(2002) dalam Anggraeny (2006) bahwa selain
berpengaruh terhadap produktivitas, pakan juga sebagai aspek utama yang
mempengaruhi biaya produksi dalam usaha peternakan yaitu sekitar 60 – 80% dari
biaya produksi.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu
di cari sumber bahan pakan baru yang mampu menjadi alternatif maupun dapat menggantikan hijauan. Sumber bahan
pakan tersebut sebaiknya mudah diperoleh dalam jumlah yang banyak dengan harga
yang murah. Salah satu sumber bahan pakan baru yakni limbah dari hasil
pertanian/limbah industri pertanian. Diantara
limbah yang belum banyak digunakan oleh peternak adalah limbah kulit pisang.
Ada beberapa
daerah yang membuat usaha home industri berbahan dasar pisang. Diantaranya
adalah kabupaten Lumajang yang dijuluki kota pisang karena terkenal hasil pisangnya,
terutama pisang Agung yang bisa diolah
menjadi keripik pisang dan sale. Dengan adanya usaha tersebut, maka
kulit pisang setiap saat akan menjadi limbah atau sampah bagi lingkungan
sekitarnya yang dapat mengganggu ekosistem daerah tersebut.Sebagai contoh untuk wilayah Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang
terdapat banyak Industri Kecil Menengah (IKM) yang salah satunya adalah IKM
Keripik Pisang Burno Sari di Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten
Lumajang.Menurut situs Biro humas provinsi Jawa Timur (2013) yang memberitakan
tentang kunjungan presiden SBY ke IKM Keripik Pisang Burno menyebutkan bahwa
dalam sehari di IKM ini mampu menggoreng 200-250
tandan pisang per hari dan setiap bulannya memproduksi 165 ton bahan
baku mentah pisang untuk keripik dan sale. Limbah ini merupakan sampah yang
dapat mengganggu lingkungan di masyarakat sekitarnya. Gangguan tersebut berupa
bau yang menyengat dan penumpukkan limbah di bantaran kali yang berpotensi
dapat menyebabkan banjir dan sumber penyakit.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu diberikan penyuluhan
tentang cara memanfaatkan limbah kulit pisang. Limbah kulit pisang dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia. Berdasarkan hasil penelitian Ujianto
(2003) kemampuan ternak ruminansia dalam mengkonsumsi kulit pisang
adalah sebanyak 36,09 ± 2,72% dari total ransum terhadap bahan kering. Menurut
data Badan Pusat Statistik Kabupaten
Lumajang (2013), populasi sapi potong dan sapi perah tahun 2012 di Kecamatan
Senduro masing-masing sebanyak 3.119 ekor dan 3.227 ekor. Sedangkan
untuk populasi domba tercatat sebanyak 1.619 ekor, dan kambing sebanyak 9.130
ekor. Jumlah ini cukup besar sehingga limbah kulit pisang dapat dioptimalkan
pengolahannya untuk dimanfaatkan menjadi pakan ruminansia.
1.2
Rumusan Masalah
Limbah kulit pisang yang melimpah di
Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang belum dimanfaatkan secara
optimal. Keberadaannya dianggap sebagai pengganggu di lingkungan masyarakat
sekitar. Limbah kulit pisang tanpa adanya penanganan khusus dapat menyebabkan
pencemaran berupa bau yang menyengat dan penumpukkan limbah di bantaran kali
yang berpotensi dapat menyebabkan banjir dan terjangkitnya penyakit. Sementara
itu, di Kecamatan Senduro jumlah ternak ruminansianya cukup banyak yakni untuk
sapi potong sebanyak 3.119 ekor, sapi perah sebanyak 3.227 ekor, domba sebanyak
1.619 ekor, dan kambing sebanyak 9.130 ekor (BPS Kabupaten Lumajang, 2013).
Sehingga perlu dilakukan pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai silase untuk
pakan alternatif ternak ruminansia.
1.3
Tujuan
Kegiatan penyuluhan ini bertujuan
antara lain; untuk menginformasikan konsep silase kulit pisang,
cara pembuatan silase kulit pisang, cara penggunaan atau pemberian kepada
ternak, serta manfaat dari silase kulit pisang kepada masyarakat Desa Burno
Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang khususnya untuk daerah yang dekat dengan
IKM sebagai solusi menangani permasalahan limbah kulit pisang dan peningkatan
kesejahteraan terutama bagi peternak serta masyarakat Indonesia pada
umumnya yang aman, ramah lingkungsn, efektif dan ekonomis.
1.4
Manfaat
Dengan adanya penyuluhan tentang cara pemanfaatan
limbah kulit pisang menjadi silase untuk pakanternak ruminansia diharapkan
dapat membentuk karakter masyarakat Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten
Lumajang yang kreatif dan peduli lingkungan melalui semangat entrepreneurship yang
berwawasan lingkungan.
BAB II
GAMBARAN UMUM PENYULUHAN
2.1 Gambaran Umum Kegiatan
Penyuluhan
Kabupaten Lumajang merupakan salah
satu daerah di Indonesia dengan sentra peternakan dan pertanian/perkebunan yang
cukup besar yang tersebar di kecamatan dan penjuru desa.Diantara kawasan dengan
hasil pertanian/perkebunan dan peternakan yang cukup menjanjikan salah satunya
adalah di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang tepatnya di desa Burno. Daerah
ini memiliki potensi pertanian maupun perkebunan yang menjanjikan termasuk
berbagai jenis buah-buahan. Salah satu hasil perkebuan buah yang utama di
daerah Senduro termasuk Desa Burno adalah pisang mas sebagai komoditi khas di
Lumajang. Sebagaimana dijelaskan dalam data statistik kabupaten Lumajang (2013)
bahwa data hasil komoditi pisang di Kecamatan Senduro terbilang cukup potensial
meliputi Desa Purworejo (39.670 pohon), Sarikemuning (272.220 pohon),
Pandansari (102.050 pohon), Senduro (348.010 pohon), Burno (237.900 pohon),
Kandang tepus (112.125 pohon), Bedayu talang (23.595 pohon), Wono cepoko ayu
(15.600 pohon) dan Kandangan (69.550 pohon).
Pada dasarnya sektor peternakan di
desa Burno juga cukup terkenal terutama dari sentra peternakan kambing
etawanya. Namun untuk jumlah ternak secara keseluruhan di daerah tersebut cukup
besar. Hal ini telah disebutkan dalam data statistik hasil peternakan Kecamatan
Senduro tahun 2012 bahwa populasi sapi potong dan sapi perah pada tahun 2012 masing-masing
sebanyak 3.119 ekor dan 3.227 ekor, domba sebanyak 1.619 ekor, kambing 9.130
ekor, ayam buras sebanyak 46.044 ekor, ayam ras pedaging sebanyak 48.000 ekor,
dan itik sebanyak 1.545 ekor. Data tersebut menunjukkan adanya bahwa sektor
peternakan di Kecamatan Senduro cukup menjanjikan dimana masyarakatnya banyak
tertarik dalam bidang peternakan.
Dengan melihat potensi dari sektor
pertanian/perkebunan dalam hal ini komoditi pisang yang banyak diolah sebagai
produk makanan jadi, dimana banyak limbah yang dihasilkan dari tanaman tersebut
serta potensi pengembangan peternakan yang cukup menjanjikan di Kecamatan
Senduro, maka perlu adanya suatu upaya penyuluhan dalam hal pemanfaatan limbah
tanaman pisang tersebut. Dalam hal ini limbah kulit pisang yang masih banyak
mengandung nilai nutrisi dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif dalam
bentuk silase untuk ternak ruminansia di daerah setempat.
2.2
Gambaran Umum Masyarakat Sasaran
Selain sebagai sentra penghasil komoditi buah pisang, Kecamatan Senduro
khususnya di desa Burno merupakan pusat industri pengolahan buah pisang di
Kabupaten Lumajang. Sentra industri ini sudah berkembang mulai dari industri
kecil rumahan yang bisa memperdayakan tenaga kerja masyarakat setempat.
Sebagaimana dijelaskan Baroh (2009) bahwa kabupaten Lumajang merupakan salah
satu daerah sentra penghasil pisang di Jawa Timur dan banyak home industri
produk olahan berbasis pisang, berproduksi setiap hari dalam jumlah besar. Dan
dijelaskan pula bahwa sebagian besar yakni 83% usaha home industri tersebut
merupakan pekerjaan utama dan 17% adalah pekerjaan sampingan.
Sementara itu, untuk jumlah
masyarakat peternak di Kecamatan Senduro juga cukup banyak dengan kelas ekonomi
menengah ke bawah. Terkait hal tersebut, Pemkab. Lumajang (2004) dalam
Prayitno (2007) menyatakan bahwa jumlah usaha dibidang pertanian dan peternakan
di Kabupaten Lumajang sebanyak 38,57%, industri rumah tangga 32,86%, dan usaha
lainnya (perdagangan, kerajinan dll.) sebanyak 28,57%. Untuk jumlah peternak
sapi perah khususnya di Kecamatan Senduro menurut Sorting Data Koperasi Susu di
Jatim (2006) dalam Nugroho (2011) adalah sebanyak 504 orang dengan induk
sapi sejumlah 1048 ekor. Dengan demikian usaha pengembangan peternakan bisa
didukung dengan upaya mengurangi biaya produksi dalam hal pakan dengan
pemanfaatan pakan alternatif silase dari limbah kulit pisang yang banyak
tersedia di daerah tersebut. Limbah kulit pisang yang banyak dihasilkan dari industri
pengolahan pisang di Kecamatan Senduro khususnya di Desa Burno dapat
dimanfaatkan sebagai pakan alternatif ternak ruminansia sebagai upaya untuk
mengurangi biaya pakan sekaligus dapat menyediakan pakan bernutrisi bagi ternak
pada saat musim paceklik.
BAB III
METODE
PENYULUHAN
3.1 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan program penyuluhan ini melalui beberapa tahap sebagai berikut
:
Persiapan kegiatan
Persiapan kegiatan dimulai dengan proses perijinan di daerah yang
akankita beri penyuluhan nanti yakni di Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
Perijinan dimulai dengan mendatangi kantor Bupati hingga kelurahan daerah tersebut
untuk mendapatkan surat ijin penyuluhan.
Pelaksanaan Kegiatan
Setelah memperoleh ijin dari pihak terkait serta diperoleh data
calon peserta, maka dilaksanakan sosialisasi
program penyuluhan tentang konsep pemanfaatan limbah kulit pisang menjadi silase untuk pakan ternak ruminansia. Selanjutnya dibuat kesepakatan mengenai waktu pelaksanaan program.
Rangkaian kegiatan penyuluhan yaitu :
3.2
Gambaran Teknologi
Berdasarkan permasalahan
yang ada di Desa Burno, maka kami menawarkan teknologi sederhana dalam pembuatan
silase kulit pisang untuk menjadi pakan alternative ternak ruminansia. Bahan baku untuk membuat silase kulit pisang terdiri
dari kulit pisang dan molasses. Menurut Sutardi (1978) dalam Sutrisno (2004)
bahwa nilai gizi kulit pisang cukup baik, maka kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak. Kulit pisang dalam 100% bahan kering mengandung protein kasar
7,08%, bahan ekstrak tanpa nitrogen 63,1%, lemak 8,34%, serat kasar 11,8 % dan abu
9,66% . Molasses atau biasa disebut dengan tetes tebu ditambahkan karena dalam
proses ensilase memerlukan karbohidrat mudah terfermentasi untuk merangsang pertumbuhan
bakteri asam laktat. Menurut Sutardi (1978) dalam Sutrisno (2004) bahwa komposisi
kimia tetes dalam 100% bahan kering adalah abu 11%, protein 3,94%, lemak 0,3%,
SK 0,4%, dan BETN 84,4%. Prosedur dalam pembuatan silase kulit pisang adalah dengan
memotong-motong kulit pisang hingga ukuran sekitar 5 cm, kemudian kulit pisang dilayukan
sehingga kadar air sekitar 67%. Kulit pisang tersebut dihomogenkan dengan tetes
tebu dengan presentase 4% dari bahan kering kulit pisang. Kemudian dimasukkan kedalam
ember atau silo sampai padat dan ditutup rapat, diikat dengan karet ban.
Selanjutnya diperam selama 4 minggu. Karena menurut Sutrisno (2004) bahwa kombinasi
perlakuan penambahan tetes tebu 4% dan lama pemerahan 4 minggu memberikan respon
tertinggi terhadap kualitas nutrisi silase kulit pisang dilihat darikadar
protein kasar, lemak kasar, serat kasar, BETN, kadarabu, produksi VFA, dan NH3.
Alat yang digunakan dalam proses penyuluhan adalah LCD, alat untuk mencampur
kulit pisang dan molasses seperti plastic hamparan, ember dan tutupnya serta karet
ban untuk mengikat ember supaya oksigen tidak masuk dalam ember yang digunakan untuk
pemeraman.
3.3
Media Penyuluhan
Media yang kami gunakan dalam program penyuluhan ini adalah dengan menggunakan
flow chart dan blog yang telah kami buat. Media ini kami gunakan untuk menjelaskan
proses pembuatan silase dari kulit pisang. Flow chart yang kami buat akan ditampilkan
menggunakan LCD. Kemudian dengan membuat poster yang berisi ringkasan latar belakang dan
flow chart mengenai metode pembuatan silase dari kulit pisang yang
akan di tempel dibeberapa lokasi yang sudah disetujui oleh pemerintah setempat.
Dalam kegiatan penyuluhan, kami juga akan
mendemonstrasikan mengenai pembuatan silase kulit pisang dengan skala kecil
sesuai dengan poster yang telah kami persiapkan.
Flow Chart
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, H. A. 2013. Pakde Karwo Dampingi SBYTinjau
IKM Keripik Pisang. http://birohumas.jatimprov.go.id. Diaksespada
tanggal 4 Mei 2014.
Anggraeny, Y.N.2006. Potensi Bahan Pakan Inkonvensional Asal
Limbah Pertanian Dan Perkebunan Di Beberapa Kabupaten Di Jawa Timur. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan Dan Veteriner, Pasuruan.
Bappeda dan BPS
Kabupaten Lumajang. 2013. Data Statistik Kecamatan Senduro Kabupaten
Lumajang dalam angka 2013. Dikutip dari http://lumajangkab.bps.go.id/data/publikasi/publikasi_20/publikasi/files/search/searchtext.xml. Diakses tanggal 4 Mei
2014.
Baroh, Istis.
2009. Konsep Kemitraan Home Industri dengan Lembaga Keuangan di Kabupaten
Lumajang. Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang.
Humas Setda Kabupaten Lumajang. 2013. Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Dengan Kembangkan Pertanian. http://www.lumajang.go.id/index.php.Diakses4 Mei 2014
Muhammad, S. H. 2013. Jangan
Remehkan Keripik Pisang. http://www.demokrat.or.id/2013/07/jangan-remehkan-keripik-pisang-2/feed/. Diakses4 Mei 2014.
Nugroho,
Bambang Ali. 2011. Keragaan Peternak Sapi Perah di Jawa Timur (Studi pada Empat
Wilayah Pos Penampungan Susu/ PPS. AGRISE Vol. XI, No. 2, hal : 91-101.
Prayitno,
Hendrik. 2007. Analisis Pengaruh Dana Hibah Prestasi terhadap Pendapatan
Anggota Kelompok Pengembangan Partisipasi Lahan Kering Terpadu. J-SEP, Vol.1,
No. 2, hal: 36-47
Sumarsih, S., Sutrisno, C.
I., dan Sulistiyanto, B. 2009. Kajian
Penambahan Tetes Sebagai Aditif Terhadap Kualitas Organoleptik dan Nutrisi
Silase Kulit Pisang. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan, Semarang.
Sutrisno, C.I. 2004. Utilitas Kulit Pisang Pada Proses
Fermentasi Dengan Penambahan Tetes. Seminar Nasional Fakultas Peternakan,
UNDIP Semarang.
Ujianto, A. 2003. Peluang Pemanfaatan Limbah Pisang Sebagai
Pakan Ternak. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Ciawi , Bogor.
0 komentar:
Posting Komentar